BLOKBERITA.COM – Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, menyatakan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Jong Batak’s Arts Festival (JBAF) 2025 yang akan digelar pada 18–28 Oktober 2025 di Taman Budaya Medan. Festival ini menjadi ajang tahunan yang memadukan kreativitas anak muda dengan pelestarian budaya lokal.
Pernyataan dukungan tersebut disampaikan Wali Kota saat menerima audiensi Rumah Karya Indonesia (RKI) selaku penyelenggara JBAF, di Ruang Khusus Wali Kota Medan, Kamis (16/10/2025) sore. Pertemuan tersebut turut dihadiri Ketua RKI Marojahan Andrian Manalu dan Direktur Festival Andrin Manurung.
Dalam pertemuan itu, Rico Waas menyampaikan apresiasinya kepada generasi muda yang terus berupaya melestarikan kebudayaan daerah di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi.
“Terima kasih kepada anak-anak muda yang terus memperjuangkan kebudayaan, yang sebenarnya adalah naluri daerah kita sendiri,” ucapnya.
Rico menilai, tantangan terbesar generasi muda saat ini adalah dominasi budaya luar. Namun, ia menegaskan bahwa kekayaan budaya Indonesia tidak kalah menarik dan perlu terus dikembangkan.
“Idealnya, kebudayaan kita juga harus bisa berkembang ke luar,” tegasnya.
Menurut Wali Kota, penting bagi generasi muda untuk menumbuhkan rasa percaya diri terhadap identitas budaya sendiri. Ia mencontohkan daerah lain yang mampu memperkenalkan budayanya hingga tingkat internasional.
“Kita harus mampu mengangkat dan mengglorifikasi kebudayaan kita sendiri. Tinggal bagaimana menyamakan frekuensinya dengan anak muda masa kini, misalnya lewat eksplorasi musik Batak dengan sentuhan kontemporer,” katanya.
Rico berharap pelaksanaan JBAF 2025 menjadi ruang inklusif bagi seniman muda Medan untuk mengekspresikan ide-ide kreatif yang bisa diterima masyarakat luas.
“Kita punya ruang yang sama untuk berkarya. Semoga kita bisa menemukan formula terbaik agar anak muda semakin tertarik menghadiri kegiatan ini,” ujarnya.
Ia juga meyakini para seniman Medan memiliki potensi besar untuk berkarya di tingkat global.
“Seni kita juga harus bisa masuk ke ruang-ruang inklusif dan diterima secara luas,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Rumah Karya Indonesia, Marojahan Andrian Manalu, atau yang akrab disapa Ojax, menjelaskan bahwa JBAF merupakan festival budaya tahunan yang telah digelar sejak 2014. Tahun ini, JBAF memasuki usia ke-12 dengan mengusung tema “Kebudayaan sebagai Gerakan Kolektif Ketahanan Pangan.”
Festival akan menampilkan berbagai kegiatan seni, pameran, diskusi, hingga pertunjukan yang melibatkan seniman lokal dan nasional.
“Kami berharap Bapak Wali Kota dapat hadir dalam pembukaan kegiatan pada 18 Oktober ini,” ungkap Ojax.
Ia menjelaskan, tema ketahanan pangan dipilih sebagai bentuk kontribusi budaya terhadap tantangan global.
“Terinspirasi semangat Jong Batak tahun 1926 yang ikut merumuskan Sumpah Pemuda, festival ini menjadi wadah untuk menumbuhkan kembali identitas, nasionalisme, dan kebanggaan budaya,” jelasnya.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, dan LPDP.
Rangkaian acaranya meliputi ritus budaya, pameran pangan lokal, panggung eksplorasi seni, pemutaran film, diskusi budaya, serta pasar produk kreatif. Selain itu, akan digelar pula panggung kolaborasi seni tradisi dan modern, serta kerja sama internasional dengan sejumlah seniman dari Asia Tenggara.












