BLOKBERITA.COM – Di tengah keramaian yang hangat, Ketua DPRD Kota Medan, Drs. Wong Chun Sen Tarigan, M.Pd.B, berdiri menyambut warga dengan penuh keakraban. Ia hadir bukan sebagai pejabat, tetapi sebagai penyambung suara dan pengetahuan, dalam rangka sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.
“Saya yakin, banyak dari kita yang belum pernah membaca perda ini, bahkan tidak tahu bahwa perda ini ada. Padahal perda ini dibuat bukan untuk pajangan, tapi untuk melindungi masyarakat. Maka hari ini, kami datang bukan membawa aturan, tapi membawa pemahaman,” kata Wong, Sabtu (5/7/25) sore di Jalan Pelita III Kel. Sidorame Barat II Kec. Medan Perjuangan.
Kalimat itu seolah menjadi pembuka tirai terhadap sebuah persoalan yang selama ini kerap berada di bayang-bayang stigma dan minimnya informasi. Sosialisasi ini adalah bagian dari upaya DPRD Kota Medan bersama Pemerintah Kota Medan untuk memastikan bahwa kebijakan publik benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat.
Tak hanya Wong yang menyuarakan pentingnya edukasi ini. Dari Dinas Kesehatan Kota Medan, hadir dr. Poucut, yang secara lugas namun bersahabat menjelaskan perbedaan mendasar antara HIV dan AIDS.
“HIV itu virusnya, AIDS adalah kondisi lemahnya sistem imun akibat HIV yang tidak tertangani. Jika diterapi sejak dini tetatur minum obat HRP penderita HIV bisa tetap sehat, produktif, bahkan membina keluarga,” ujar dr. Poucut.
Ia juga mengatakan ada program three zero yaitu, Zero new infektion, Zero Kematian, Zero Stigma bagi penderita HIV. Wajah-wajah peserta terlihat mulai menyimak lebih serius. Banyak yang baru tahu, bahwa dengan pengobatan rutin dan pola hidup sehat, HIV tak selalu berarti akhir dari segalanya.
Suasana semakin terbuka ketika dr. Poucut mengulas berbagai jalur penularan darah, penggunaan jarum suntik bersama, hingga hubungan seksual tanpa pengaman. Tak ada yang menghakimi. Yang ada hanyalah rasa ingin tahu, dan keinginan untuk terhindar dari bahaya.
Dr. Zairul Rambe dari Dinas P3APMP2KB turut memperkuat narasi bahwa penanggulangan HIV bukan semata tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab sosial. “Stigma adalah musuh utama. Jika keluarga dan lingkungan memberi dukungan, maka penderita akan lebih mudah menjalani pengobatan dan mencegah penyebaran,” ujarnya sambil menekankan pentingnya peran keluarga dalam edukasi seksual dan perlindungan diri.
Yang mengejutkan sekaligus menggugah, adalah informasi bahwa kondom sebagai alat pencegah penularan HIV tersedia secara gratis di Dinas Kesehatan. Sebuah kenyataan yang selama ini jarang diketahui, apalagi dibicarakan secara terbuka di tengah masyarakat.
Dari Dinas Sosial juga memiliki program tahun ini memberikan bantuan kepada yang terinfeksi HIV sebanyak 500 orang.
Menjelang akhir acara, masyarakat diajak untuk melakukan tes HIV secara sukarela, terutama bagi mereka yang hendak menikah. “Ini bukan soal curiga, ini soal menjaga. Kita menjaga diri, pasangan, dan generasi berikutnya,” pesan Ka Puskesmas Sentosa Baru, dr. Hari Putra.
(RS).